Mengejar
Beasiswa . . .
Hoammpp...akhirnya baru kebuka lagi ini blog, tiba-tiba
keinget mau melanjutkan cerita dari #ngimpi3 part 2 sebelumnya.
Setelah sebelumnya, aku cerita tentang pengalaman
interview lewat skype dengan pengelola erasmus mundus, sekarang aku cerita
kelanjutan kisah yang aku alami beberapa bulan setelahnya. Kali ini Tuhan memang benar-benar menguji
endurance aku, kali ini aku sudah menggenggam yang namanya LoA (letter of
acceptance) dari sebuah universitas di UK, namanya Newcastle University. Aku
diterima di jurusan yang namanya Master of Research (Diabetes), sekarang tugas
selanjutnya adalah mencari peruntungan lembaga donor mana yang mau menerima aku
untuk berangkat dan membiayai kuliah aku di Inggris, secara Inggris adalah
salah satu negara yang biaya hidupnya tertinggi di dunia setelah Australia dan
USA sehingga tidak mungkin aku nekat berangkat ke sana tanpa bekal lembaga donor
beasiswa yang bisa meng-cover biaya hidup aku disana.
Aku coba apply di program LPDP (Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan), ini websitenya gan kalau mau coba apply disini http://www.lpdp.depkeu.go.id/ lembaga donor ini ga kalah
yahudnya dengan beasiswa DIKTI atau beasiswa luar lainnya karena besaran
beasiswanya lumayan besar untuk sekelas aku.
Yak inilah janji Tuhan . . ., aku dipanggil wawancara
sebagai salah satu tahap berikutnya setelah seleksi administratif. Kali ini aku
sudah lumayan percaya diri karena aku yakin, ini akan berjalan mudah. Namun ga
disangka setelah tiba disana, aku agak kaget karena setelah di-brifing ternyata
untuk calon penerima beasiswa untuk studi di luar negeri akan diwawancarai
dengan bahasa inggris. Hadehhhh. . .nyaliku menciut lagi, sumpah kenapa harus
bertemu lagi dengan wawancara berbahasa Inggris. Apa boleh buat, tiba saatnya
pas aku dipanggil dan aku dipersilahkan duduk saat itu, ada 4 exkternal panel
yang akan mewawancarai aku. Awal-awalnya mereka nanya berbahasa Indonesia
menanyakan tentang background, pengalaman, dan motivasi kuliah di UK.
Alhamdulillah, mereka begitu impresif, namun setelah itu mereka minta aku
berbicara bahasa inggris dan mulailah kecengokan akuuuuu..mati lah.
#lessonlearn : persiapkan proses wawancara sebaik mungkin, jika kita apply beasiswa untuk studi di luar negeri dan walaupun lembaga donornya lokal. Siapkan untuk wawancara berbahasa inggris brooo. . .
Dan finally, di akhir wawancara co-panelis nya menyampaikan
sebagai penutup interview, “kami sebenarnya tidak meragukan kualitas kamu dan
kamu layak mendapatkan beasiswa, tapi kami tidak bisa memaksa LPDP untuk
merubah persyaratan TOEFL nya”.
Gleekk..saat itu, perasaanku bercampur pasrah, kecewa dengan diri
sendiri, tapi ada sedikit kelegaan karena interview sudah berakhir.
Sebulan kemudian pengumuman list yang diterima
di-publish, seperti biasanya aku membacanya tanpa beban hanya pasrah karena
memang betul, namaku tidak terdaftar dalam surat itu. Ada hikmah yang sangat
berharga untukku yang bisa kuambil, “belajar memantaskan diri”, yak itulah . .
. bagaimana bisa pantas kuliah ke luar negeri dengan beasiswa tapi kemampuan
kita memang sebatas ini.
#lessonlearn : menjadi pengejar mimpi itu memang sebuah keharusan, tapi harus tetap realistis. Itu pesan tersirat yang ingin disampaikan Tuhan untukku.
Eitss . . . Tapi jangan berprasangka buruk dulu dengan
Tuhan, karena Ia maha tau apa yang sebenarnya yang lebih baik dari yang kita
inginkan. Kita lanjutkan cerita skenario Tuhan berikutnya yaa . Insya Allah
ga akan menyesal mengikuti cerita ini, dan akan bisa dijadikan hikmah dalam
sebuah proses panjang mengejar mimpi kalian.
#janganlupauntukselalubermimpi